Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh
yang biasanya berlangsung selama 10-20 detik), gerakan klonik
(kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya berlangsung
selama 1-2 menit), lidah atau pipinya tergigit, gigi atau rahangnya
terkatup rapat, inkontinensia (mengeluarkan air kemihatau tinja diluar
kesadarannya), gangguan pernafasan, apneu (henti nafas),dan kulitnya kebiruan.
KLASIFIKASI KEJANG DEMAM:
1. Simple (semua
berikut)
- Durasi <15 font="" menit="">15>
- General
- Tidak ada masalah
neurolgi sebelumnya
- Terjadi 1x dalam 24
jam
2. Kompleks (satu dari
berikut)
- Durasi >15 menit
- Fokal
- Berulang >1x dalam
24 jam
Sumber: American Academy of Pediatric
Kejang demam plus : kejang demam yang awitannya lebih awal (< 6 bulan) dan bisa berlanjut sampai > 6 tahun.
Resiko berulang setelah kejadian pertama kejang demam
- Usia <18 bulan="" font="">18>
- Durasi demam < 1 jam sebelum onset kejang
- Tingkat pertama relatif dengan kejang demam
- Suhu < 104F (40C)
Jumlah faktor risko 2 tahun resiko berulang kembali (%)
0 14
1 >20
2 >30
3 >60
4 >70
Sumber: American Academy of Pediatric
Faktor risiko kedepan untuk terjadinya epilepsi
- Kejang demam komplek
- Riwayat keluarga dengan epilepsi
- Durasi demam < 1 jam sebelum onset kejang
- Ketidaknormalan perkembangan mental dan saraf (celebral palsy, hydrocepalus)
Sumber: American Academy of Pediatric
PENUNJANG
Apakah diperlukan pemeriksaan?
- Pungsi lumbal
- EEG
- Laboratorium
- Pencitraan
Anak dengan kejang demam komplek, observasi direkomendasikan kemungkinan terjadinya kejadian akut pada sistem saraf pusat atau terjadinya kejang demam sederhana yang memanjang. Itu harus segera dirujuk ke fasilitas level 2 (RSUD). Lakukan pemeriksaan darah rutin, pungsi lumbar untuk menentukan kehadiran penyebab yang tidak jelas pada kasus kejang demam komplek.
Kekuatan rekomendasi : KUAT
Sumber: American Academy of Pediatric
PUNGSI LUMBAL
- Menyingkirkan atau menegakkan diagnosis meningitis
- Pada kejang demam pertama
- Umur < 12 bulan: harus dilakukan
- Umur 12-18 bulan: harus difikirkan
- Umur > 18 bulan: tidak dianjurkan, kecuali ada gejala meningitis atau kecurigaan infeksi intrakranial
Pungsi lumbal harus dilakukan pada anak dengan kejang demam dan ada tanda dan gejala meningitis (kaku kuduk, tanda kernig, tanda brudzinski), atau jika riwayat pasien atau pemeriksaan mengarah pada meningitis atau infeksi intrakranial.
Sumber: American Academy of Pediatric
PEMERIKSAAN EEG
Tidak direkomendasikan pada kejang demam sederhana
Tidak berguna untuk:
Memperkirakan berulangnya kejang
Memperkirakan epilepsi di kemudian hari
Sumber: (AAP. Pediatric 1996,97:769-95)
Paroksismalitas pada 20 % (Sofijanov, 1992)
Paroksismalitas pada 1,4-3% (Stores, 1991)
Dilakukan pada kejang demam yang tidak khas misal kejang fokal
Sumber: Kesepakatan Saraf Anak 2005
LABORATORIUM
Demam:
- Darah tepi rutin
- Urin rutin (pertimbangkan)
Dehidrasi:
- Na, K, Cl, Mg, Ca
- Glukosa
PENCITRAAN (CT Scan / MRI Kepala)
Tidak diindikasikan: pada pasien dengan kejang demam sederhana
Dilakukan jika ditemukan:
- Kelainan perkembangan saraf /adanya defisit neurologis, ditemukannya tanda tekanan intrakranial meningkat atau adanya riwayat trauma kepala.
- Status konvulsivus: anoksia hipokampus, neokorteks, talamus, serebelum
- Kasus dengan kejang fokal
Sumber: Baram TE, Shimar S.(Ed) Febrile Seizures ,2002 Academic Press. 265-272
TATA LAKSANA
Bagaimana pengobatan dan pencegahannya?
Ada 3 hal yang perlu dikerjakan :
1.Pengobatan fase akut
2.Mencari dan mengobati penyebabnya
3.Pengobatan pencegahan terhadap berulangnya kejang demam
Pengobatan fase akut
Airway , Breathing, Circulation
Kejang:
- Pakaian yang ketat dibuka
- Pasien dimiringkan apabila muntah, untuk mencegah aspirasi
- Pembebasan jalan napas , oksigenasi terjamin
- Atasi kejang dengan diazepam rektal, intra vena
- Seringkali kejang berhenti sendiri
- Turunkan panas : paracetamol, kompres hangat
BAGAIMANA PENGOBATAN DAN PENCEGAHANNYA? (lanjutan.......)
2. Mencari dan mengobati penyebabnya
- Batuk pilek, diare, infeksi saluran kemih, dll : diobati sesuai penyebabnya
- Demam: diberi paracetamol atau ibuprofen
3.Pengobatan pencegahan terhadap berulangnya kejang demam
- Pencegahan hanya pada waktu demam
- Pencegahan terus menerus dengan obat anti epilepsi setiap hari
Pencegahan hanya pada waktu demam (intermiten)
- Anti kejang hanya diberikan waktu demam: antipiretik + diazepam
- Paracetamol dosis 10-15mg/kgBB
Pencegahan terus menerus dengan obat anti epilepsi setiap hari (Continous ± 1 tahun)
1. Adanya gangguan perkembangan saraf (Cerebaral Palsy, mikrosefal, Retardasi Mental)
2. Kejang:
- Berlangsung > 15 menit
- Fokal
- Ada kelainan sesudah kejang: Bila ada keluarga sekandung atau orang tua yang mengalami epilepsi
- Bayi < 12 bulan, berulang dalam 24 jam dapat dipertimbangkan pemberiannya
Obat untuk pencegahan berulangnya kejang demam hanya diberikan 2-3 hari setelah kejang
Profilaksis intermiten (hanya saat demam saja)
- Paracetamol 10 – 15mg/kgBB
- Diazepam, oral 0.3 mg/kgBB
Diazepam, melalui dubur
- BB 10 – 20Kg: 5-10mg atau
- Umur 1 th : 2-4mg
- Umur 1-3 th : 5mg
- Umur >3 th: 7,5 mg
Profilaksis kontinyu (rumatan) selama 1 tahun bila curiga mengarah epilepsi
- Phenobarbital 3 – 5 mg/kg (2x1/hari)
- Asam Valproat 15 – 40 mg/kg (2-3x/hari)
- Fenitoin & carbamazepin tidak efektif untuk pencegahan kejang demam
Sumber: Knudsen F, 1996. Rosman dkk, 1993. Fukuyama Y, 1996. Camfield dkk, 1999
Terapi profilaksis dengan antipiretik intermitten, anti kejang intermitten (diazepam / clobazam) , atau antikejang kontinyu (phenobarbital / asam valproat) harus tidak dilakukan pada kejang demam sederhana.
Sumber: American Academy of Pediatric
PENCEGAHAN DIRUMAH
1. Edukasi Pada Orang Tua
Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saat kejang sebagian besar orang tua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal. Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara yang diantaranya :
a. Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik
b. Memberitahukan cara penanganan kejang
c. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
d. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat adanya efek samping obat.
Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang
a. Tetap tenang dan tidak panik.
b. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher.
c. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu ke dalam mulut.
Lalu lakukan
a. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.
b. Tetap bersama pasien selama kejang.
c. Berikan diazepam rektal, dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti.
d. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih .
ALUR TATA LAKSANA SETELAH KEJANG BERHENTI