SholehShare | BLOGnya SEORANG DOKTER

Pemeriksaan status mental psikiatri

Rabu, 09 September 20150 komentar

Pemeriksaan Status Mental Psikiatri
Ilmu Kedokteran Jiwa

CONTOH KASUS



BAB I
PENDAHULUAN

A.  IDENTITAS PASIEN (AUTOANAMNESIS)

Nama                                 : Tn.I
Umur                                  : 25 tahun
Jenis kelamin                      : Laki laki
Agama                               : Islam
Pekerjaan                           : Buruh
Alamat                               : -
Pendidikan                         : SMA
Status                                 : Sudah Kawin (Cerai)
Tanggal kontrol                  : 6 Agustus 2015
Tanggal home visit             : 6 Agustus 2015

IDENTITAS KELUARGA PASIEN (ALLOANAMNESIS)
Nama                                 : Ny. S
Umur                                 : 42 tahun
Jenis kelamin                     : Perempuan
Agama                               : Islam
Pekerjaan                           : Wiraswasta
Alamat                               : -
Pendidikan                          : SMA

Hubungan dengan Pasien  : Ibu Kandung


A.  AUTOANAMNESIS & ALLOANAMNESIS
1.      KELUHAN UTAMA/ SEBAB DIBAWA KE RUMAH SAKIT
Bingung karena merasa dikendalikan oleh sesuatu yang tidak jelas dan ketakutan karena mendengar bisikan jelek dan bersifat mengancam

2.      RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien merupakan pasien yang ± 3 tahun berobat rutin tiap bulan di poli jiwa rumah sakit daerah. Tapi 2 bulan ini pasien sudah tidak minum obat lagi karena selain dirinya sudah merasa sehat dan rekan rekan kerjanya di percetakan juga sudah sering bilang bahwa dirinya sudah sehat. Selain sering bilang pasien sudah sehat, rekan rekan kerjanya di percetakan juga selalu menyarankan dia untuk berhenti minum obat gangguan jiwa yang dia minum, karena menurut rekan rekannya obat tersebut termasuk obat keras, bisa merusak ginjal dengan cepat. Karena omong omongan itu, pasien pun mudah percaya, pasien jadi takut terkena penyakit ginjal atau ginjalnya rusak karena obat-obat yang lama tiap bulan dia minum.
Akhirnya selama 2 bulan pasien tidak kontrol rutin ke rumah sakit dan tidak minum obat sama sekali. Padahal dirumah, semua keluarganya sudah sering mengingatkan, terutama ibunya yang sangat sayang sekali terhadap pasien. Tetapi pasien tetep ngeyel sulit dikasih tau, pasien lebih percaya kepada rekan rekan kerjanya dibanding ibunya sendiri.
2 bulan tidak minum obat, pasien tiba tiba sering merasa bingung karena dirinya merasa dikendalikan oleh sesuatu yang tidak bisa dijelaskan sumbernya. Di tempat kerjanya pun pasien mengalami perubahan perilaku. Pasien mengalami beberapa pola perubahan perilaku mulai dari binggung, diam termenung, khawatir, ketakutan, males malesan, mudah marah, mudah tersinggung dan sering curiga.
Pasien sering bingung dan diam termenung karena merasa dia ada sesuatu yang mengendalikan, tetapi dia tidak bisa menjelaskan siapa yang mengendalikannya. Pasien juga tiba tiba mudah marah, mudah tersinggung, dan sering curiga kepada rekan kerjanya karena pasien merasa dirinya sering dirasani sama rekan rekan kerjanya ketika rekan kerjanya berkumpul membicarakan sesuatu. Karena hal itu pasien berhenti bekerja dari percetakaan dan beraktvitas di rumah saja.
            Di rumah, dari keterangan ibunya pasien mengalami perubahan perilaku aneh seperti di tempat kerjanya, seperti sering bingungan, diam termenung, males-malesan, khawatir, ketakutan, mudah marah, mudah tersinggung, dan sering curiga.  Di rumah ketika pagi hari, pasien sering males-malesan hanya duduk dikursi, diam termenung lama sekali, kadang wajahnya tampak seperti orang kebingungan. Ketika ditanya perihal dirinya, pasien merasa dan yakin dirinya ada yang mengendalikan tapi dia tidak bisa menjelaskan siapa yang mengendalikannya.
Pasien juga sering mengatakan bahwa dirinya tidak berdaya, tidak bisa apa apa melawan keadaan yang dirasakan dirinya. Ketika malam hari, perilaku pasien tiba tiba bisa berubah seketika, yang semula diam termenung, wajah seperti orang kebingungan dan merasa tak berdaya berubah menjadi orang khawatir dan ketakutan.
Pasien merasa ada yang membisiki bisikan bisikan jelek ditelinganya, bisikian itu juga berkomentar terus terhadap pasien, kadang bisikian itu bersifat mengancam terhadap pasien, kadang bisikannya juga hanya suara nging. Tapi bisikan itu sangat menganggu aktivitas pasien. Karena gangguan tersebut pasien khawatir dan ketakutan karena sering mendengar bisikan itu. Setiap mendengar bisikan itu pasien terus sholat dan kemudian mengaji terus terus an sampai malam hari supaya bisikan itu mereda.
Perilaku itu membuat pasien dan keluarganya terganggu dalam tidurnya. Pasien jadi jarang tidur dan keluarganya juga tidak bisa tidur karena terganggu dengan perilaku pasien. Walau mengalami gangguan tersebut tapi pasien tidak ada gangguan dalam perilaku makannya, pasien makan seperti orang normal biasanya.
Ketika berada di rumah, pasien sering tiba tiba marah dan merasa tersinggung ketika melihat tetangganya lewat di depan rumahnya dari balik jendela. Pasien merasa tetangganya tahu isi pikirannya dan sedang membicarakan pasien. Ditanya perihal itu pasien merasa dan yakin bahwa tetangganya yang sedang membicarakannya tahu apa yang dipikirkan pasien. Karena pasien merasa dan yakin bahwa apa yang dipikirkan terasa diketahui orang-orang di sekelilingnya.
Selain itu pasien kadang juga mencium bau yang hanya pasien saja yang bisa membau. Pasien sering tiba tiba mencium bau kembang pelem, kembang mawar, kembang melati dan menyan. Mencium bau kembang dirasakan ketika ada tetangganya lewat depan rumahnya. Pasien merasa dan yakin bahwa yang membawa kembang tersebut adalah tetangganya yang lewat depan rumahnya.
Pasien juga kadang tiba tiba  melihat penampakan orang tua berbaju putih yang tiba tiba datang kemudian dalam beberapa detik menghilang. Karena perubahan perilaku tersebut, pasien jarang sekali keluar rumah untuk berkomunikasi dengan masyarakat sekitar. Pasien cenderung menghabiskan waktu sehari hari didalam rumahnya. Pasien tidak merasa ada keluhan fisik dan pasien belum melakukan upaya pengobatan walaupun sudah didorong keluarganya untuk kontrol lagi ke poli jiwa RSUD Wonosari. Tapi dengan segala usaha dan upaya ibunya akhirnya pasien mau kontrol rutin lagi di poli jiwa RSUD Wonosari.
    
3.      RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien merupakan pasien poli jiwa yang sudah ± 3 tahun melakukan pengobatan rutin tiap bulan.  Tapi 2 bulan ini tidak kontrol obat rutin di rumah sakit. Sebelum mengalami keluhan seperti ini, pasien pernah mengalami depresi selama perawatan rutin di bagian jiwa selama ± 3 bulan dan diberi pengobatan Risperidon 2 x 1mg, Clozapin 1 x 12,5mg (malam) dan Amitripilin 1 x 12,5mg (malam). Pasien mengatakan belum pernah mondok di Rumah Sakit Jiwa sebelumnya. Pasien belum pernah kecelakan sampai mengalami cedera kepala atau dilakukan foto kepala. Pasien pernah mengkonsumi alkohol dan pil koplo setelah ditinggal pergi istrinya. Di usia 9 bulan pasien pernah mengalami kejang demam.

4.      RIWAYAT KELUARGA
Pasien adalah anak pertama dari 3 bersaudara, kedua orang tua dan 2 saudaranya masih hidup. Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan serupa seperti pasien. Keluarga sangat menyayangi dan menghargai pasien, hubungan pasien dengan orang tua dan saudara kandungnya baik saling memberi dukungan, tidak pernah mencibir, membiarkan atau menelantarkan pasien. Keluarga pasien sudah mengerti apa yang dialami pasien, jadi apapun yang dibutuhkan pasien, keluarga berusaha mencari upaya yang terbaik untuk pasien walau pasien sering mudah marah, mudah tersinggung, tiba tiba khawatir dan menjadi ketakutan.





3.      RIWAYAT PRIBADI
a.      Riwayat perinatal
Pada masa kehamilan ibu tidak pernah menderita penyakit yang butuh pengobatan lama dan tidak pernah mondok di Rumah Sakit. Saat hamil ibunya sangat berhati hati sekali, selalu menjaga kesehatan tubuhnya, ibunya takut janin yang dikandungnya terjadi apa apa.
Proses persalinan dilakukan di dukun bayi. Persalinan lancar, tidak ada gangguan saat persalinan baik trauma pada ibu dan bayi, persalinan lama atau macet, ketuban pecah saat persalinan dan warna air ketuban jernih. Bayi gerak aktif dan menangis kuat saat dilahirkan tidak mengalami kulit kuning, tidak mengalami gangguan napas, tubuh bayi normal tidak ada cacat bawaan.  
Berat badan bayi tidak dilakukan penimbangan karena di dukun bayi tidak punya timbangan. Saat masa nifas ibu dalam keadaan sehat, tidak ada perdarahan baik setelah melahirkan maupun saat masa nifas.


b.      Masa kanak-kanak awal (sampai usia 3 tahun)
Kualitas hubungan ibu dengan anak baik, kasih sayang ibu sangat perhatian sekali. Ibu memberikan Air Susu Ibu (ASI)  sampai usia 18 bulan. Di usia 0 – 6 bulan ibu hanya memberikan ASI tanpa tambahan yang lain. Pendamping ASI seperti susu sapi bubuk, jus buah dan bubur tim diberikan saat usia lebih dari 6 bulan dengan dot atau sendok.
Anak diasuh oleh orang tua sendiri tanpa pembantu rumah tangga. Anak aktif, mudah bergaul, bersahabat, setiap di gendong atau buat dolanan tetangganya tidak takut malah selalu tertawa gembira. Pasien kadang terlihat menghsiap hisap jempolnya, pasien mengompol dan buang air besar di popok dari kain yang  dibuat oleh orang tua sendiri.   Pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan rekan seusianya.
Ketika sudah bisa berjalan dan berlari, pasien mulai sering keluar rumah dan bermain dengan rekan seusianya di kampungnya.

c.       Masa kanak-kanak pertengahan (usia 3-11 tahun)
Saat usia awal awal bersekolah, pasien sangat senang sekali bersekolah, rajin sekali untuk datang bersekolah. Karena di sekolah dia merasa banyak teman bermain dan pasien tidak ada kendala dengan karakter teman teman lainnya dan kendala dalam penyesuaian diri di sekolah dan dengan teman seusianya.

d.      Masa kanak-kanak akhir (pubertas sampai remaja)
Diusia remaja pasien menunjukan hal hal baru, merasakan rasanya sebuah mimpi basah, mulai mengenal perempuan, tumbuh jakun dan kumis. Hubungan dengan bapak ibunya dan saudaranya baik, orang tuanya jarang sekali memarahi pasien. Dirumah berhubung 2 saudaranya adalah laki laki, maka kadang kadang pertikaian sering terjadi, ketika bertikai orang tua yang melerai pertikaian.
Disekolah pasien mudah sekali bergaul dengan temannya, sering berkelompok ketika bermain. Menurut keluarga hubungan pasien dengan guru dan petugas sekolah baik belum pernah terjerat sebuah kasus. Karena orang tua pasien belum pernah di panggil ke sekolah karena kasus putranya, seperti bolos sekolah, tawuran dan kenakalan remaja lainnya. Diluar sekolah pasien sering kumpul dengan anak anak motor, pasien sering kali berkumpul dengan anak anak motor di sebuah bengkel sambil ngrumpi ngrumpi dan merokok.  Pasien sering keluyuran malam hari dengan teman temannya, jarang dirumah, sering nongkrong dengan kawannya, dan sering pulang kerumah tengah malam hari.
Setelah lulus SMA pasien tidak melanjutkan kuliah, pasien bekerja membantu temannya di bengkel. Saat pasien sudah bekerja di bengkel, pasien mulai mendekati seorang wanita yang masih bersekolah di bangku SMA, jalinan komunikasi terus dilancarkan pasien. Jalinan komunikasipun terus berjalan hingga terbentuk sebuah jalinan asmara, muncullah benih benih cinta di kedua belah pihak. Keduanya pun resmi menyandang gelar pacaran. Ketika menyandang gelar pacaran, pasien sering mengajak kekasihnya ke rumah, bahkan saking karena sudah saling mencintai, kekasih pasien sering tidur dirumah keluarga pasien. Karena hal tersebut, akhirnya keluarga pasien menikahkan pasien dengan kekasihnya. Pasien menikah di usia 19 tahun sedang kekasih nya waktu itu masih duduk di bangku SMA.

e.       Masa dewasa
Setelah menikah pasien dan kekasihnya tinggal di rumah keluarga pasien. Pasien keluar kerja dari bengkel dan membuka warung kelontong sendiri di pinggir jalan. Tapi setelah ± 2 tahun menikah, tiba tiba istri pasien kabur dari rumah tanpa berpamitan dengan pasien dan keluarganya. Dari keterangan keluarga, padahal tidak ada masalah ketika mereka berdua ada di rumah. Dirumah juga jarang sekali percekcokan antara kedua belah pihak. Hubungan keluarga pasien, baik orang tua pasien dan 2 saudara kandung pasien terhadap pasien dan istrinya juga baik baik saja tidak ada masalah yang serius. Hubungan mereka ke tetangga sekitar pun juga sama, baik baik saja tidak ada masalah yang serius. Dicari kemana mana tidak ketemu, keluarga istrinya pun juga tidak tahu menahu keberadaannya. Karena hal itu, pasien lambat laun mengalami perubahan perilaku seperti sering keluar rumah tanpa tujuan yang jelas. Dirumah tiap hari sering sekali merokok, padahal di hari hari biasanya ia merokok tapi tidak sesering ini. Pasien yang biasanya tampak kalem tiba tiba berubah jadi gahar seperti preman, kedua telinganya di tindik, rambut disemir. Kala di tanya di waktu ini, pasien mengaku pernah mengkonsumsi alkohol dan pil koplo selama beberapa bulan.
Setelah beberapa bulan pasien terlihat seperti preman, pasien lambat laun tiba tiba mengalami perubahan perilaku, mulai hilang minat, sering diam termenung, murung, dan mudah lelah. Keluarga nya pun kebingungan apa yang terjadi dengan pasien, yang sebelumnya memberontak seperti preman, sekarang jadi orang yang pendiam dan males melakukan aktivitas.
Setelah beberapa minggu pasien sering diam dan males melakukan aktivitas, tiba tiba pasien berubah menjadi seseorang yang aneh menurut keluarganya. Mulai tiba tiba sering ketakutan sendiri, tiba tiba merasa dikejar kejar oleh seseorang, tiba tiab marah dan mengamuk kepada keluraganya di rumah.  Pasien juga jadi jarang tidur, jarang makan dan jarang sekali merawat dirinya. Setiap dia merasa ketakutan di malam hari, pasien langsung sholat tahajud dan mengaji satu malam suntuk gak berhenti henti.
Dirasa keluarganya pasien mengalami perubahan sikap dan perilaku yang aneh, pasien mencoba beberapa saran dari tetangganya dan orang lain. Keluarga pasien mula mula mendatangi dukun, kemudian mendatangi kyai untuk di ruqyah. Tapi dari upaya itu tidak membuahkan hasil yang signifikan. Bahkan pasien sempat akan menjual sebidang tanahnya untuk proses kesembuhan bagi putranya. Sebenarnya ibu pasien dari awal ingin memeriksakan pasien ke bagian jiwa di rumah sakit. Tapi berhubung pasien cenderung lebih mengiyakan saran dari tetangga tetangganya, pasien pergi ke dukun dan kyai dulu.
Setelah sebelumnya merasa gagal berupaya mencari kesembuhan ke berbagai alternatif, akhirnya keluarga pasien pergi ke poli jiwa rumah sakit atas inisiatif sendiri. Setelah beberapa bulan minum obat dan mematuhi edukasi dan saran dokter jiwa, keluarga pasien melihat pasien menjadi lebih baik.  Mulai bisa tidur, mulai bisa merawat dirinya, mulai bisa berhubungan sosial lagi dengan tetanggannya dan mulai bisa kembali bekerja.

f.       Aktivitas sosial
Agama keluarga pasien islam, keagaman pasien cukup, tidak ada ajaran yang menyimpang dari  keagamaan pasien. Sebelum mengalami gangguan ini, aktivitas pasien sehari-hari jarang sekali dirumah, tapi berhubung pasien mengalami gangguan tersebut, maka sekarang pasien lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah.

g.      Situasi hidup sekarang
Pasien sekarang hidup disebuah rumah kecil ± ukuran 8 x 10 meter, dengan 3 buah kamar tidur, dengan kasur kapuk, lantai keramik, ruang tamu, ruang keluarga, kamar mandi, dapur dan garasi. Tinggal bersama kedua orang tuanya, dan kedua adiknya. Hubungan pasien baik dengan keluarga maupun lingkungan sekitar baik, motivasi dan dukungan sosial ada. Sebelumnya pasien bekerja di sebuah percetakan selama pengobataan rutin, tapi 2 bulan ini pasien tidak bekerja hanya dirumah saja. Pasien sering diam termenung melamun memikirkan sesuatu, dari keterangan ibunya sepertinya pasien memikirkan seorang wanita. Karena pasien sering cerita ke ibunya kalau dia sedang dekat dengan seorang wanita lagi, pasien sering smsan ke seorang wanita, tapi dia merasa bimbang, bisa tidak dia untuk menjalin hubungan dan menikah lagi dengan seorang wanita.
           
4.      PERSEPSI (TANGGAPAN ) PASIEN TENTANG DIRINYA DAN LINGKUNGANNYA
Sebelumnya pasien rutin minum obat, tapi berhubung ada rekan kerjanya ada yang bilang bahwa pasien sudah sehat dan kalau minum obat itu terus-terusan nanti ginjalnya rusak. Pasien percaya saja, akhirnya pasien berhenti minum obat rutin tersebut. Tak lama kemudian gejala tidak normal pasien mulai tampak kembali. Tiba tiba ia mudah tersinggung, sering diam, tampak gelisah dan bingungan. Pasien merasa rekan kerjanya sering membicarakannya, isi pikirannya di ketahui banyak orang. Akhirnya pasien berhenti bekerja, menarik diri dari hubungan sosialnya dan sekarang lebih sering beraktivitas didalam rumah. Beberapa hari dirumah pasien menyadari dirinya merasa ada gangguan, dengan dorongan dari ibu dan keluarganya akhirnya pasien mau kontrol kembali.

A.    STATUS PSIKIATRI

1.    Gambaran Umum
a.    Penampilan
Seorang pria berumur 25 tahun berpenampilan tampak sesuai usia dengan memakai jaket hitam, dengan bekas tindik di kedua telinga, rambut sedikit disemir, berpakaian rapi, kooperatif. Tampak wajah pasien kebinggungan, terlihat takut dan khawatir.

b.    Kesadaran           
Compos Mentis

c.  Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Pasien duduk dengan tenang tampak sedikit takut dan khawatir , gerakan psikomotor normal tampak mengengam tanganya, tampak terlihat bingung, sering diam memikirkan sesuatu. Pasien berbicara ketika hanya ditanya.

d. Pembicaraan
Pembicaraan cukup, kadang kurang jelas, produktivitas kurang, makna relevan, dan lancar.

e.  Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif.

2.    Keadaan Afektif (Mood) Perasaan, Ekspresi Afektif, serta Empati
Mood                      : Khawatir
Afek                       : Sempit
Kesesuaian             : Appropriate
Empati                    : Cukup baik

3.    Fungsi Intelektual
a.  Taraf pendidikan, pengetahuan dan kecerdasan pasien baik sesuai tarafnya..
b. Daya konsentrasi    : Baik, pasien dapat mengurangi angka 100 dengan 7
c.  Orientasi                 : Waktu (baik), tempat (baik), orang (baik),
d. Daya ingat              : Jangka panjang (baik), jangka pendek (baik), segera (baik)
e.  Pikiran abstrak       : Baik

4.    Gangguan Persepsi
Halusinasi dan ilusi : Halusinasi auditorik (+) visual (+) pembauan (+),
 ilusi (-)
5.    Proses Berpikir
a.    Arus pikiran        
Produktivitas                    : kurang, hanya menjawab bila ditanya 
Kontinuitas                      : Pembicaraan lancar, tidak terputus-putus, relevan.
Hendaya berbahasa          : Tidak ditemukan
b.    Bentuk pikir                     : non realistik
c.  Isi pikiran
Preokupasi            : merasa dirinya tak berdaya tak bisa apa-apa, pasrah diri
Waham                 : Paranoid (+) bizzare (+) curiga (+)
Ide                        : bunuh diri (-)
Obsesi                  : Negatif
Fantasi                  : pasien sering diam termenung melamun, 
                               memikirkan seorang wanita
                                                    
6.    Pengendalian impuls : Baik, pasien mampu mengendalikan dirinya
7.    Daya Nilai
Norma sosial                       : Baik, pasien tau norma yang berlaku di lingkungannya
Uji daya nilai                      : Dapat membuat kesimpulan atau penilaian kapabilitas penilaian sosial
Daya nilai realita    : Baik

8.    Tilikan (Insight)
Sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahuinya dalam dirinya

9.     Taraf Dapat Dipercaya
Dapat dipercaya

B.     PEMERIKSAAN FISIK
Vital Sign:
TD : 120/80 mmHg,  RR : 20x/menit,  HR : 84x/menit, T : 36,9 oC

Pemeriksaan Fisik
Kepala
Mata                : Konjungtiva anemis (-) sclera ikterik (-)
Hidung            : Sekret hidung (-), hipertrofi konka (-)
Leher               : Limfonodi normal, tidak ada perbesaran
Dada
Sistem Kardiovaskular
Inspeksi         : Iktus kordis tidak tampak
                Palpasi           : Iktus kordis teraba di SIC 5 linea midklavicula kiri
                Perkusi          : Suara redup, tidak ada pembesaran jantung
                Auskultasi     : S1-S2 reguler, gallop (-), murmur (-)
Sistem Respirasi
Inspeksi         : Simetris (-), ketertinggalan gerak (-)
Palpasi           : simetris (+), Ketertinggalan gerak (-), krepitasi (-), focal fremitus  +/+
                Perkusi          : Sonor +/+                   
     Auskultasi       : vesikuler (+), wheezing (-), ronkhi (-)          
Abdomen
Inspeksi           : flat (+), sikatrik (-) meteorismus (-)
               Palpasi             : Nyeri tekan perut (-), hepar dan lien tidak teraba
               Auskultasi       : Bising usus (+) normal
               Perkusi            : Timpani (+), hepatospleenomegali (-)
Sistem Urogenital
                 BAK dbn, BAB dbn
Ekstremitas : akral hangat, deformitas (-), udem (-) CRT<2 dtk="" span="">

C.  IKHTISAR TEMUAN BERMAKNA

Seorang pria, 25 tahun, tampak sesuai usia memakai jaket hitam, dengan bekas tindik di kedua telinga, rambut sedikit disemir terlihat kebinggungan, takut dan khawatir datang ke poli jiwa rumah sakit bersama ibunya.

Pasien mengeluh merasa bingung karena merasa ada yang mengendalikan. Pasien juga sering mendengar bisikan jelek yang mengancam dirinya, pasien jadi takut dan merasa tak berdaya. Pasien juga kadang memilik perilaku aneh, karena dia merasa pikirannya diketahui oleh semua orang, pasien pun jadi sering curiga, mudah marah dan tersinggung.

Pasien sudah ± 3 tahun rutin berobat di poli jiwa rumah sakit. Tapi 2 bulan ini pasien tidak minum obat karena sudah merasa sehat dan percaya dengan saran temannya untuk berhenti minum obat, karena obat yang ia minum termasuk obat keras yang cepat sekali merusak ginjal.

Selama ± 3 tahun berobat, pasien sudah nyaman dengan 2 macam obat, antipsikotik dan antidepressan. Pasien telah menggunakan obat  Risperidon 2 x 1mg, Clozapin 1 x 12,5mg (malam) dan Amitripilin 1 x 12,5mg (malam).

Awal mula datang ke poli jiwa rumah sakit, keluarga pasien menceritakan kejadian sebelum ia  berubah perilakunya menjadi aneh.

Lulus SMA pasien melanjutkan bekerja membantu temannya di bengkel. Pasien dekat dengan seorang wanita yang masih bersekolah di bangku SMA. Jalinan komunikasi terus dilancarkan pasien hingga menjalin asmara sebagai seorang kekasih. Saat pacaran, pacar sering diajak ke rumah, bahkan pacar sering tidur dirumah keluarga pasien. Akhirnya keluarga pasien menikahkan pasien di usia 19 tahun saat kekasihnya duduk di bangku SMA.

Setelah menikah, mereka berdua tinggal di rumah keluarga pasien. Pasien bekerja membuka warung kelontong sendiri di pinggir jalan. Setelah ± 2 tahun menikah, tiba tiba istri pasien kabur dari rumah tanpa berpamitan. Padahal sebelumnya tidak ada masalah serius dengan siapapun.

Sejak saat itu, pasien mengalami perubahan perilaku seperti seorang preman, rambut disemir, kedua telinga ditindik, dan tiap hari kerjaannya merokok kadang juga minum alkohol dan pil koplo.

Beberapa bulan terlihat seperti preman, tiba tiba pasien berubah terlihat seperti orang depresi. Setelah beberapa minggu terlihat depresi, pasien tiba tiba menunjukan perilaku aneh. Sering ketakutan sendiri, merasa dikejar kejar, mudah marah dan mengamuk kepada keluraganya di rumah.  Pasien jadi jarang tidur, makan dan merawat dirinya. Saat malam hari merasa ketakutan, pasien langsung sholat tahajud dan mengaji satu malam suntuk gak berhenti henti.

Keluarga pasien mula mula mendatangi dukun, kemudian mendatangi kyai untuk di ruqyah. Tapi dari upaya itu tidak membuahkan hasil yang signifikan. Bahkan pasien sempat akan menjual sebidang tanahnya. Sebenarnya ibu pasien dari awal ingin memeriksakan pasien ke bagian jiwa di rumah sakit. Tapi berhubung pasien cenderung lebih mengiyakan saran dari tetangga tetangganya, pasien pergi ke dukun dan kyai dulu.

Pasien sekarang hidup disebuah rumah kecil, dengan 3 kamar tidur, kasur kapuk, lantai keramik, ruang tamu, ruang keluarga, kamar mandi, dapur dan garasi. Tinggal bersama kedua orang tuanya, dan kedua adiknya. Hubungan pasien dengan keluarga dan lingkungan sekitar baik, motivasi dan dukungan sosial ada. Di rumah pasien sering diam termenung melamun memikirkan sesuatu, dari keterangan ibunya sepertinya pasien memikirkan seorang wanita. Karena pasien pernah cerita ke ibunya kalau dia sedang dekat dengan seorang wanita lagi, pasien sering smsan ke seorang wanita, tapi dia merasa bimbang, bisa tidak dia untuk menjalin hubungan dan menikah lagi dengan seorang wanita

D.  DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

AXIS I
F20.0 Skizofrenia Paranoid episode pertama fase akut
AXIS III
Tidak ditemukan
AXIS II
Tidak ada

AXIS IV
Masalah dengan “primary support group” (keluarga)
AXIS V
65

     

E.   DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

Depresi pasca skizofrenia
Skizoafektif tipe depresi


Share this article :
 
Support By : SholehShare | BLOGnya SEORANG DOKTER | SholehShare
Copyright © 2011. SholehShare - All Rights Reserved