Monumen Korban 40.000 Jiwa, Mengingatkan Kekejaman Westerling
Catatan Perjalanan Sulawesi Selatan#Hari ke-6 (25 Agustus 2014)
Setelah mengunjungi wisata budaya dan sejarah makam raja raja gowa-tallo, kita melanjutkan perjalanan menuju monumen korban 40.000 jiwa yang terletak di Jalan Langgau, Panakkukang. Setelah kurang lebih perjalanan 30 menit sampai juga di monumen ini. Sampai di monumen ini kita kebingungan, karena pintu masuk monumennya di kunci.
Tapi rasanya sudah sampai sini tidak masuk itu tidak afdol deh, sebenarnya kita mau manjat pagar untuk bisa masuk, tapi nanti dilihat orang tidak enak. Nah dari pada begitu saya nanya aja warga setempat yang tinggal disitu.
Ketika bertanya?
Bu kalau mau masuk monumen itu bagaimana?
Ow bisa mas tapi bayar, nanti saya bukakan tapi nunggu yang bawa kunci baru keluar.
Wah bayar to bu, yaudah gak usah aja bu.
Karena kalau mau masuk suruh bayar terus yang bawa kunci juga baru keluar, terpaksa deh kita foto foto dari luar saja.
Akibat pintu dikunci |
Tak sengaja ketika Isac foto disamping pintu masuk, menyenggol pintunya. Eh tiba tiba malah kebuka. Syukur deh bisa masuk monumennya. Setelah bisa masuk, kita foto foto deh didalam.
Menurut sejarah monumen ini dibangun untuk mengenang peristiwa pembantaian para pemberontak yang dilakukan oleh pasukan belanda yang dipimpin oleh Westerling.
Di dalam monumen |
Relief yang berada dalam monumen ini mengambarkan kekejaman pembantaian yang dilakukan di tanah terbuka dengan memberondong peluru ke para pemberontak. Setelah meninggal, mayat mereka di kubur dalam satu liang.
Relief Monumen |
Selain itu juga ada patung besar dengan kaki buntung yang mengambarkan korban yang selamat tapi kakinya buntung satu dengan penyangga dilengannya.
Patung Buntung |
Dalam monumen korban 40.000 jiwa ini terdapat pendopo, patung besar dengan kaki buntung dan relief yang digambar di dinding.
Setelah dari monumen ini kita pulang ke tempat kita menginap. bersambung....