Udem atau Edema menunjukan adanya cairan berlebihan pada jaringan tubuh. Pada banyak keadaan, edema terutama terjadi pada kompartment cairan ekstraselullar, tapi juga bisa melibatkan cairan intraselular. (Guyton,1997)
Edema Intraselular
Dua kondisi yang menyebabkan terjadi pembengkakan intraselular :
- Depresi sitem metabolik jaringan
- Tidak adanya nutrisi sel yang adekuat
Contoh : bila aliran darah ke jaringan menurun, pengiriman oksigen dan nutrien berkurang, jika aliran darah menjadi sangat rendah untuk mempertahankan metabolisme jaringan normal, maka pompa ion membran sel menjadi tertekan. Bila hal ini terjadi, ion natrium yang biasanya masuk ke dalam sel tidak dapat lagi dipompa keluar sel, dan kelebihan ion natrium dalam sel menimbulkan osmosis air ke dalam sel.kadang-kadang hal ini dapat meningkatkan volume intraselullar suatu jaringan. Edema intraselular juga dapat terjadi pada jaringan yang meradang, peradangan biasanya mempunyai efek langsung pada membran sel yaitu meningkatkan permeabilitas, memungkinkan natrium dan ion-ion lain berdifusi masuk kedalam sel dengan diikuti osmosis air ke dalam sel.(Guyton,1997)
Edema Ekstraselular
Edema ekstraselular terjadi bila ada akumulasi cairan yang berlebihan dalam ruang ekstraselular. Ada dua penyebab edema ekstraselular yang umum dijumpai:
- Kebocoran abnormal cairan dari plasma ke ruang interstisial dengan melintasi kapiler
- Kegagalan limfatik untuk mengembalikan cairan dari interstisium ke dalam darah. Cairan interstisial adalah cairan yang berada disekitar sel sedang cairan plasma adalah cairan yang berada didalam sel. (Guyton,1997)
Hambatan Limfatik Menyebabkan Edema
Bila terjadi hambatan limfatik, edema dapat semakin berat, karena protein plasma yang bocor ke dalam ruang interstisial tidak mempunyai jalan untuk dikeluarkan. Peningkatan konsentrasi protein meningkatkan tekanan osmotik koloid cairan interstisial yang akan menarik cairan dari kapiler lebih banyak lagi.
Hambatan aliran limfe dapat berlangsung berat, khususnya bila terjadi pada infeksi limfonodus, seperti yang terjadi pada infeksi nematoda filaria. Hambatan juga dapat terjadi pada jenis-jenis kanker tertentu atau setelah pembedahan dimana pembuluh limfe diangkat atau mengalami obstruksi. Sebagai contoh, setelah masektomi radikal, sejumlah besar pembuluh limfe diangkat, maka akan menganggu pengeluaran cairan dari payudara dan daerah lengan dan ini menimbulkan edema dan pembengkakan rongga jaringan. Sejumlah kecil pembuluh limfe kemudian akan tumbuh kembali setelah pembedahan seperti ini, sehingga edema interstisial hanya bersifat sementara.(Guyton,1997)
I. Peningkatan Tekanan Kapiler
A. Retensi garam dan air yang berlebihan di ginjal
1. Gagal ginjal akut atau kronis
2. Kelebihan mineralkortikoid
B. Tekanan Venosa yang tinggi
1. Gagal jantung
2. Obstruksi venosa
3. Kegagalan pompa vena
a. Paralisis otot
b. Imobilisasi bagian-bagian tubuh
c. Kegagalan katup vena
II. Penurunan Protein Plasma
A. Kehilangan protein dalam urin (sindrom nefrotik)
B. Kehilangan protein dari kulit yang terkelupas
1. Luka bakar
2. Luka
C. Kegagalan menghasilkan protein
1. Penyakit hati
2. Malnutrisi protein atau kalori yang berat
III. Peningkatan Permeabilitas Kapiler
A. Reaksi imun yang menyebabkan pelepasan histamin dan produk imun lainnya
B. Toksin
C. Infeksi bakteri
D. Defisiensi vitamin, khususnya vit C
E. Iskemia yang lama
F. Luka bakar
IV. Hambatan Aliran Limfe
A. Kanker
B. Infeksi-infeksi (Nematoda jenis fialria)
C. Pembedahan
D. Kelainan atau tidak adanya pembuluh limfatik secara kongenital
Edema Yang Disebabkan Oleh Gagal Jantung
Salah satu penyebab edema paling sering dan paling serius adalah gagal jantung. Pada gagal jantung, jantung gagal memompa darah secara normal dari vena ke dalam arteri, hal ini meningkatkan tekanan vena dan tekanan kapiler, menyebabkan filtrasi kapiler makin bertamabah. Di samping itu, tekanan arteri cenderung turun. Menyebabkan penurunan eksresi garam dan air oleh ginjal, yang meningkatkan volume darah dan lebih lanjut meningkatkan tekanan hidrostatik kapiler sehingga edema semakin bertambah.
Penurunan aliran darah ke ginjal juga merangasang sekresi renin, menyebabkan peningkatan pembentukan angiotensin II dan peningkatan sekresi aldosteron, yang menambah beratnya retensi garam dan air oleh ginjal.
Jadi, pada gagal jantung yang tidak di obati, semua faktor bekerja sama membentuk edema ekstraselular generalisata yang hebat.
Pada pasien dengan gagal jantung kiri tapi tanpa gagal jantung kanan yang bermakna, normalnya darah dipompa ke paru-paru oleh jantung kanan tapi tidak dapat keluar dengan mudah dari vena pulmonalis ke jantung kiri karena bagian ini sangat lemah. Akibatnya, semua tekanan pembuluh paru, termasuk tekanan kapiler paru, meningkat jauh diatas normal, menyebabkan edema paru berat dan mengancam jiwa. Bila tidak diobati, akumulasi cairan dalam paru akan bertambah dengan cepat, menyebabkan kematian dalam beberapa jam. (Guyton,1997)
Edema Yang Disebabkan Oleh Retensi Garam Dan Air Oleh Ginjal
Sebagian besar natrium klorida yang ditambahkan ke dalam darah tetap berada dikompartmen ekstraselular dan hanya sejumlah kecil saja yang memasuki sel. Karenanya pada penyakit ginjal dimana eskresi natrium klorida dan cairan urin terganggu, natrium klorida dan air yang ditambahkan pada cairan ekstraselular jumlahnya besar. Kebanyakan garam dan air ini bocor dari darah masuk ke rongga interstisial, tapi sebagian masih tetap dalam darah. Efek utama kejadian ini menyebabkan:
- Peningkatan volume cairan interstisial yang luas (edema ekstraselular)
- Hipertensi akibat peningkatan volume darah
Contoh : Anak yang menderita glomerulusnefritis, dimanan glomerulus ginjal cedera karena inflamasi sehingga gagal untuk menyaring cairan dalam jumlah cukup, juga kan mengalami edema cairan ekstraselular yang serius di seluruh tubuh, bersama dengan edema, biasanya bisa menderita hipertensi. (Guyton,1997)
Edema Yang Disebabkan Oleh Penurunan Protein Plasma
Penurunan konsentrasi protein plasma akibat kegagalan untuk menghasilkan protein dalam jumlah yang cukup maupun karena kebocoran protein dari plasma, akan menimbulkan penurunan tekanan osmotik koloid plasma. Hal ini kemudian mengakibatkan peningkatan filtrasi kapiler diseluruh tubuh sehingga terjadi edema ekstraselular.
Salah satu penyebab paling penting dari penurunan konsentrasi protein plasma ialah hilangnya protein dalam urin yang dijumpai pada penyakit ginjal tertentu, yaitu suatu keadaan yang disebut sindrom nefrotik. Berbagai jenis penyakit ginjal dapat merusak membran glomerulus ginjal, sehingga membran bocor dan protein plasma dapat melewatinya, dan seringkali memungkinkan sejumlah besar protein lewat memasuki urin.
Bila kehilangan ini melebihi kemampuan tubuh untuk mensintesis protein, terjadilah penurunan konsentrasi protein plasma. Edema generalisata yang serius dapat terjadi bila protein plasma turun di bawah 2,5mg/100ml.
Sirosis hepatis ialah keadaan lain yang juga menyebabkan penurunan konsentrasi protein plasma. Sirosis berarti timbulnya sejumlah besar jaringan fibrosis pada seluruh sel parenkim hati. Salah satu akibatnya ialah kegagalan sel-sel ini untuk menghasilkan protein plasma yang cukup, sehingga timbul penurunan tekanan osmotik koloid plasma dan muncul edema generalisata yang menyertai keadaan ini.
Sirosis hepatis juga menimbulkan edema dengan cara lain, yaitu fibrosis mengkompresi drainase pembuluh vena porta abdominal saat mereka melewati hati sebelum pengosongan kembali sirkulasi umum. Hambatan aliran keluar vena porta meningkatkan tekanan hidrostatik kapiler ke seluruh daerah gastrointestinal dan selanjutnya meningkatkan filtrasi cairan keluar dari plasma ke dalam rongga abdominal. Bila hal ini terjadi, kombinasi efek penurunan konsentrasi protein plasma dan tekanan kapiler porta yang tinggi menyebabkan transudasi sejumlah besar cairan dan protein ke dalam rongga abdominal, yaitu keadaan yang disebut asites. (Guyton,1997)